Jumat, 09 Januari 2015

PATOFISIOLOGI PENYAKIT DI RONGGA MULUT, FARING DAN ESOFAGUS



PATOFISIOLOGI PENYAKIT DI RONGGA MULUT, FARING DAN ESOFAGUS

Gangguan rongga mulut
Ada beberapa jenis penyakit yang kadang-kadang dijumpai pada jaringan lunak mulut, seperti pada bibir, lagit-langit dan lidah. Penyakit-penyakit tersebut adalah :
1. Gingivitas ulseratif akut.
Biasanya pada pasien berumur 16- 30 tahun . Penyebabnya kurang diketahui, mungkin disebabkan oleh beberapa organisme yang diikuti oleh lemahnya daya tahan tubuh.
2. Gingivostomatis herpetik akut.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada anak-anak umur sekitar 3 tahun. Bila terserang penyakit ini, si anak akan menjadi rewel dan tidak mau makan. Penyebabnya virus herpes simplex.
3. Luka pada sudut mulut ( keilitis angularis)
Adanya luka-luka kecil pada sudut kiri dan kanan dapat terjadi pada anak-anak yang kurang gizi. Penyakit ini merupakan manifestasi dari keadaan kurang gizi, dan luka yang terjadi sering mengalami infeksi sekunder oleh sebangsa jamur yang diberinama Candida Alibicans atau bakteri Stapylococus Aureus. Penyembuhan secara tuntas baru terjadi apabila keadaan si penderita diperbaiki.
4. Lidah putih ( White Coated Tongue).

Dalam keadaan normal lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel-sel epitel yang mengalami deskuamasi, dan kotoran yang berasal dari sisa makanan. Karena pada orang yang sehat lidahnya selalu bergerak dan ludah mengalir secara normal maka lapisan terbentuk tipis saja. Tetapi bila seseorang sehingga lidahnya kurang bergerak, cairan ludah kurang dan adanya demam akan memungkinkan terbentuknya lapisan pada lidah yang cukup tebal dan berwarna putih. Keadaan lidah yang demikian bisa menyebabkan rasa tidak enak pada mulut penderita, dan lapisan putih ini agak sukar dibersihkan. Untuk membersihkannya bisa digunakan larutan hidrogen peroksida 1 persen.
5. Guam ( Thrush)
Penyakit ini merupakan bercak-bercak putih pada lidah, langit-langit dan bagian dalam pipi. Guam dibsebabkan oleh jamur Candida Albicans, dan sering terjadi pada bayi dimana reaksi imunitasnya belum aktif. Selain itu, guam bisa terjadi pada anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit berat, atau penderita yang mendapat pengobatan dengan antibiota dalam jangka waktu yang lama sehingga ekologi mulut terganggu dengan berkembang biaknya jamur secara cepat. Penyakit ini dapat diobati dengan mengoleskan larutan Gentian-violet 1 persen atau dengan larutan /tablet isap/krem yang mengandung antibiotika yang efektif terhadap jamur.
6. Sariawan(Aphtae).
Penyakit ini berupa luka-luka kecil dengan diameter kira-kira 1 mm.Luka terasa nyeri, dan bisa mengenai lidah, dasar mulut, bibir atau bagian dalam dari pipi. Lukanya berwarna putih atau abu kekuning-kuningan , dengan bagian tepi yang berwarna merah dan sedikit meninggi. Karena luka terasa nyeri , maka penderita biasanya mengalami kesukaran dalam berbicara dan mengunyah.
Sariawan biasanya dapat hilang sendiri setelah 10-14 hari. Untuk membantu selama belum sembuh dapat digunakan pasta atau gel yang mengandung bahan antiradang, dengan cara dioleskan pada lukanya. Untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder dapat digunakan antiseotik berupa obat kumur atau tablet hisap.
Penyebab dari sariawan belum terungkap jelas, tetapi beberapa faktor diduga sebagai faktor pencetus, yaitu kondisi tubuh yang terganggu karena sakit, trauma atau luka karena sikat gigi dan stres. Mikroorganisme yang sering disebut-sebut berperan dalam terjadinya sariawan adalah virus dan streptoccocus sanguinis.
7. Bibir sumbing.
Bibir sumbing terjadi karena kesalahan pada proses bersatunya tulang bibir pada rahang atas. Hal ini dapat terjadi karena infeksi pada masa kandungan oleh faktor keturunan. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan operasi oleh ahli bedah mulut.
Gangguan menelan

          Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak-anak.
          Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup seseorang.
          Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.
Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi .
Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.
Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.


EVALUASI KLINIK DISFAGIA.
Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna :
Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :
  1. Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal (penekanan dari luar lumen esofagus)
  2. kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.
  3. Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.

Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :
1.      Transfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral dan faringeal.
2.     Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.
3.      Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan esofagus

Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :
  1. Disfagia gangguan fase oral
  2. Disfagia gangguan fase faringeal
  3. Disfagia gangguan fase esofageal

Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi :
1.    Kelainan kongenital (K)
2.    Inflamasi/radang (R)
3.    trauma (T)
4.    Benda asing (B)
5.    Neoplasma (N)
6.    Psikis (P)
7.    kelainan endokrin (E)
8.    kelainan kardio vaskuler (KV)
9.    kelainan neurologi/saraf (S)
10.Penyakit degeneratif (D)
11.Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I)

  


 ANAMNESIS PENTING.
  1. Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)
  2. Lama dan progresifitas keluhan disfagia
  3. Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress psikis dan fisik)
  4. keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk, perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.
  5. Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler dll)
  6. Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi, muskulorelaksan pusat)
  7. Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan
  8. Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya

 PEMERIKSAAN FISIK PENTING
  1. Keadaan umum pasien
  2. Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot lidah.
  3. Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan laring)
  4. Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.
  5. Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial
  6. Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher, pembesaran KGB leher dan trauma
 PEMERIKSAAN PENUNJANG PENTING
Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :
Penunjang
Kegunaan
  1. Barium Swallow (Esofagogram)

  1. CT Scan
  2. MRI
  1. Laringoskopi direk
  2. Esofagoskopi
  3. Endoskopi ultrasound 

Menilai anatomi dan fs otot faring/esofagus, deteksi sumbatan o/k tumor, striktur,web, akalasia, divertikulum


Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada
Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses diotak
Menilai keadaan dan pergerakan otot laring
Menilai lumen esofagus, biopsi
Menilai lesi submukosa


Pemeriksaan penunjang utk menilai fungsi menelan :
Penunjang
Kegunaan
1.      Modified barium swallow
2.      Leksible fiber optic faringoskop
3.      Video floroscopy recording
4.      Scintigraphy

5.      EMG


6.      Manometri
7.      pHmetri 24 jam
Menilai keadaan kedua sfingter esofagus, menganalisa transfer dysphagia
Menilai pergerakan faring dan laring

Sda

Menilai gangguan orofaring, esofagus, pengosongan lambung dan GERD (Gastroesophageal refluks disease)
Menilai defisiensi fungsi saraf kranial
Menilai gangguan motilitas peristaltik
Pemeriksaan fefluks esofagitis




Varises Esofagus
          Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Esofagus adalah saluran yang menghubungkan antara kerongkongan dan lambung.
          Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan
mencari jalan lain, yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yang
lebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak imbangnya antara tekanan aliran darah
dengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah
(varises).Varises esofagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan berdarah. Beberapa gejala yang terjadi akibat perdarahan esofagus adalah :
• Muntah darah
• Tinja hitam seperti ter
• Kencing menjadi sedikit
• Sangat haus
• Pusing
Syok
         Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis. Sirosis adalah penyakit
yang ditandai dengan pembentukan jaringan parut di hati. Penyebabnya antara lain
hepatitis B dan C, atau konsumsi alkohol dalam julah besar. Penyakit lain yang dapat
menyebabkan sirosis adalah tersumbatnya saluran empedu.Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan varises esofagus :
• Gagal jantung kongestif yang parah.
• Trombosis. Adanya bekuan darah di vena porta atau vena splenikus.
• Sarkoidosis.
• Schistomiasis.
• Sindrom Budd-Chiari.
         Komplikasi utama varises esofagus adalah perdarahan. Varises esofagus biasanya rentan terjadi perdarahan ulang, terutama dalam 48 jam pertama. Kemungkinan terjadi perdarahan ulang juga meningkat pada penderita usia tua, gagal hati atau ginjal, dan pada peminum alkohol. Komplikasi varises esofagus adalah :
·         Syok hipovolemik.
·         Ensefalopati.
·         Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi.
         Tujuan pengobatan pada varises esofagus adalah mencegah atau mengatasi
perdarahan. Untuk itu biasanya digunakan obat untuk menurunkan tekanan darah
(beta bloker), termasuk tekanan darah di vena porta. Perdarahan pada varises esofagus harus segera diatasi, jika tidak dapat terjadi kematian.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi perdarahan antara lain :
• Ligasi varises, yaitu dengan mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah
dengan pita elastis.
• Terapi injeksi endoskopi, yaitu menyuntik pembuluh darah dengan larutan
tertentu agar pembuluh darah tersebut berhenti berdarah.
• Pintasan portosistemik intrahepatik transjugularis.
• Transplantasi hati.

Refluks gastroesofagus (RGE)

         Refluks gastroesofagus (RGE) atau gastroesophageal reflux (GER) adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus (kerongkongan). Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut ke lambung. Otot berbentuk cincin
di bagian bawah esofagus (sfingter esofagus bawah) membuka dan menutup agar
makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter ini membuka agar udara dapat keluar
setelah makanan masuk. Pada bayi, ketika sfingter membuka, isi lambung masuk ke
dalam esophagus, dan dapat keluar dari rongga mulut, menyebabkan regurgitasi (gumoh),
atau meludah, dan muntah. Pada sebagian besar kasus akan sembuh sendiri dan tidak
perlu penanganan/terapi khusus. Bayi seringkali menjadi rewel dan menangis terus-
menerus, sehingga orangtua perlu memperoleh pengetahuan yang benar agar tidak
menjadi panik.
• Paling banyak terjadi pada bayi sehat berumur 4 bulan, dengan > 1x episode
regurgitasi
• Pada umur 6 – 7 bulan, gejala berkurang dari 61% menjadi 21%
• Hanya 5% bayi berumur 12 bulan yang masih mengalami RGE
         Penyakit Refluks Gastroesofagus (PRGE) atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah ketika RGE menimbulkan komplikasi. Keadaan ini jarang terjadi, dan meningkat pada anak dengan palsi serebral (cerebral palsy), sindroma Down, fibrosis kistik (cystic fibrosis), dan kelainan anatomi saluran cerna atas (fistula trakeoesofagus, hernia hiatus, stenosis pilorum). Komplikasi RGE antara lain: esofagitis (radang esofagus), gagal tumbuh, perdarahan saluran cerna akibat iritasi mukosa (selaput lendir), dan aspirasi(masuknya cairan/isi lambung ke dalam saluran napas) yang menyebabkan sesak napas.
          Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi) umumnya tidak diperlukan, karena gejala akan menghilang dengan sendirinya. Yang penting dilakukan adalah menenangkan orangtua. Jika gejala-gejala PRGE menetap selama 1 minggu, anak dibawa ke dokter. Pemeriksaan penunjang radiologis (barium enema), laboratorium (mengukur kadar pH lambung),dan endoskopi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara gejala dengan RGE, dan memiliki keterbatasan masing-masing, serta penggunaannya sangat individual tergantung keadaan pasien, setelah diputuskan oleh dokter ahli
gastroenterologi. Umumnya pada anak yang tampak sehat tanpa gangguan pertumbuhan,
tidak diperlukan pemeriksaan penunjang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar