Selasa, 23 Februari 2016

SECTIO CAESAREA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi abdomen.Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak.
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%.
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian.
WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10 15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi.


1.2  Rumusan Masalah
a      Apa definisi dari SECTIO CESAREA ?
b      Apa saja etiologi dari SECTIO CESAREA ?
c      Bagaimana prognosis dari SECTIO CESAREA ?
d     Apa saja jenis-jenis dari SECTIO CESAREA ?
e      Bagaimana patofisiologi dari SECTIO CESAREA ?
f       Apa saja komplikasi yang di timbulkan dari SECTIO CESAREA ?
g      Apa saja pemeriksaan penunjang yang di lakukan pada SECTIO CESAREA ?
h      Bagaimana penatalaksanaan medis dan penatlaksanaa keperawatan pada SECTIO CESAREA ?

1.3  Tujuan Penulisan
a      Untuk mengetahui definisi dari Sectio cesarea
b      Untuk mengetahui apa saja etiologi dari Sectio cesarea
c      Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari Sectio cesarea
d     Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari Sectio cesarea
e      Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Sectio cesarea
f       Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang di timbulkan dari Sectio cesarea Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang yang di lakukan pada Sectio cesarea
g      Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan penatlaksanaa keperawatan pada Sectio cesarea








BAB II
KONSEP MEDIS 

2.1  Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.


 













Gambar 2.1 Sectio Cesarea

2.2  Etiologi
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a                CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b               KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
c                Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.



d               Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
e                Kelainan Letak Janin
·           Kelainan pada letak kepala
-            Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
·           Letak Sungsang
-            Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

2.3  Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar     4-7 %.

2.4  Jenis-jenis SC
a      Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
·      Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak
·       Bahaya peritonitis tidak besar.
·      Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b      Sectio cesaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
c         Sectio cesaria ekstra peritoneal
Sectio cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d        Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
·      Atonia uteri
·      Plasenta accrete
·       Myoma uteri
·      Infeksi intra uteri berat

2.5  Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.




2.6  Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
a.    Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
·           Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
·           Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
·            Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
b.    Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c.    Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d.   Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

2.7  Pemeriksaan Penunjang
a.    Elektroensefalogram ( EEG ) : Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b.     Pemindaian CT : Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c.    Magneti resonance imaging (MRI) : Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d.   Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e.     Uji laboratorium
·           Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
·           Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
·           Panel elektrolit
·            Skrining toksik dari serum dan urin
·            AGD
·            Kadar kalsium darah
·           Kadar natrium darah
·           Kadar magnesium darah

2.8  Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan Medis
Pemberian obat-obatan
·      Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
·      Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
-                 Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
-                 Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
-                 Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
-                  Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

b.    Penatalaksanaan Keperawatan
·      Perawatan awal
-   Letakan pasien dalam posisi pemulihan
-   Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
-   Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
-   Transfusi jika diperlukan
-   Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
·      Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
·      Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
-          Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
-          Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar
-          Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
-          Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
-          Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
·      Perawatan luka
-          Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti






BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah Rahim maka perlu dilakukan section caesarea. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

3. 2 Saran
Hendaknya petugas kesehatan dalam menentukan tindakan persalinan dengan sectio caesarea terhadap seorang ibu yang akan melahirkan tetap berpedoman pada indikasi yang dipersyaratkan atau sesuai dengan ketentuan medis.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bobak. 2006. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.         
Cunningham, Gary F. 2006. Obstetri Williams edisi 21 volume 1. Jakarta : EGC. Hal 466
Muchtar. 2007. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramed
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
http://www.mediskus.com/wanita/proses-persalinan  Di akses Tanggal 22 Februari 2016 Pukul 14.55 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar