Senin, 19 Oktober 2015

ASKEP ASMA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang menyebabkan sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma mempunyai awitan pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala pertama sebelum usia 4-5 tahun. Pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat gejala dan tanda yang sesuai dengan asma. Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak Indonesia, namun diperkirakan berkisar antara 5-10%. Di Poliklinik Sub Bagian Paru Anak FKUI-RSCM Jakarta, lebih dari 50% kunjungan merupakan penderita asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang menderita sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih bersifat menahun daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan secara nyata mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-hari. Sungguh merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa bermain dan beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan, pengobatan dan pencegahan.

Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih lagi pada anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam bermain dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang multidisipliner. Dalam pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai tenaga profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian, tanda dan gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan berbagai pihak.
1980an hampir semua pasien hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus tersebut. standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi dari Asma ?
2.      Apa saja etiologi dari Asma ?
3.      Bagaimana patofisiologi dari Asma ?
4.      Apa saja manifestasi klinik dari Asma ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan dari Asma ?
6.      Apa komplikasi dari Asma ?
7.      Bagaimana asuhan keperawatan pada Asma ?
8.      Apa diagnosa keperawatan pada Asma ?

1.3  TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa mengetahui apa definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, asuhan keperawatan, serta diagnosa keperawatan dari Asma.







BAB II
PEMBAHASAN


2.1 DEFINISI ASMA
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai cirri bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran nafas) terutama pada percabangan trakeaobronkial,endokrin,infeksi,otonomik dan psikologi.
Asma adalah proses peradangan di saluran nafas yang mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulasi yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible.
Klasifikasi Asma
a.       Asma Bronkiale Tipe Atopik (Ekstrinsik)
Merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang,debu,ketombe, tepung sari, makanan dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman(seasonal). Klien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
b.      Idiopatik atau Non alergik / Intrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik. Factor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas, emosi/stress, dan populasi lingkungan akan mencetuskan seranagn. Beberapa agen farmakologi, seperti agonis β-adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor  penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembangn menjadi bronchitis an emfisema. Pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika dewasa(>35 tahun).
c.       Asma Campuran (Mixed  Asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau nonalergi.(Somantri,2008)

2.2 ETIOLOGI ASMA
·         Faktor Ekstrinsik
Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh alergen yang diketahui karena kepekaan individu, biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang hidup, bulu halus binatang, kain pembalut atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau coklat, polusi.

·         Faktor Intrinsik
      Faktor ini sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor-faktor non spefisik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma instrinsik ini lebih biasanya karena faktor keturunan dan juga sering timbul sesudah usia 40 tahun. Dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeobronchial.










2.3 PATOFISIOLOGI





























2.4  MANIFESTASI KLINIK
·         Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
·         Batuk produktif, sering pada malam hari
·         Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
·         Tensi meningkat
·         Takikardi

2.5  PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
·      pemeriksaan darah tepi ( sekret hidung )
·      Pemeriksaan IGE
·      Pemeriksaan ronten torak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada lebar. Pemeriksaan alergi tes untuk menentukan jenis alergen pencetus asma.
·      Pemeriksan uji faal paru dengan spirometri akan membantu menunukan adanya obstruksi daluran pernafasan
·      Pada saat serangan asma kadang-kadang dilakuikan tindakan pemeriksaan gas darah.

2.6    PENATALAKSANAAN
1.      Penobatan non farmakologik
a)      Penyuluhan
·         Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b)      Menghindari faktor pencetus
·         Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c)      Fisioterapi
·         Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2.      Pengobatan farmakologik
a)      Agonis beta
·         Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b)      Metil Xantin
·         Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c)      Kortikosteroid
·         Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800  empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d)     Kromolin
·         Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e)      Ketotifen
·         Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f)       Iprutropioum bromide (Atroven)
·         Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3.      Pengobatan selama serangan status asthmatikus       
a)      Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b)      Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c)      Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d)     Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e)      Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f)       Antibiotik spektrum luas.

2.7    KOMPLIKASI
a)         Pneumothoraks
adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam rongga pleura, yang terjadi secara spontan atau sebagai akibat trauma.
b)      Emfisema
adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi klinis berupa melebarnya saluran udara bagian distal bronkhiolus terminal yang disertai dengan kerusakn dinding alveoli.
c)      Atelektasis
adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan adanya proses penyakit parenkim yang disebabkan oleh obstruksi bronkhus.
d)     Gagal nafas
adalah ketika pertukaran gas antara oksigen dengan karbon dioksida di paru tidak dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida pada sel tubuh. Kondisi ini mengakibatkan tekanan oksigen arterial kurang dari 50mmHg (hipoksemia) dan tekanan karbon dioksida arterial meningkat lebih dari 45mmHg(hiperkapnea)



e)      Brokitis
adalah peradangan dari satu atau lebih bronkus yang dapat disebabkan oleh karena terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan dan oleh karena infeksi akut.
f)       StatusAsmatikus                                                                                              bentuk hebat dari asma akut dimana obstruksi jalan nafas tahan terhadap terapi obat konvensional dan berakhir lebih dari 24 jam.
g)      Disritmia                                                                                                   
adalah gangguan pada frekuensi jantung regular atau irama yang disebabakan oleh perubahan pada konduksi elektrik atau otomatisasi.

2.8  ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
1.      Pengkajian
a.       Aktivitas/istirahat
                 Gejala : Pada klien dengan Asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit berafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi tinggi, dispnoe pada saat istirahat atau respon terhadap aktivatas/latihan.
                 Tanda : Tanda-tandanya antara lain keletahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b.      Sirkulasi
                 Gejala : Gejala yang ditimbulkan antara lain pembengkakan pada ekstremitas bawah.
                 Tanda : Tanda-tandanya antara lain peningkatan TD, peningakatan frekuensi jantung/takikardi berat,disritmia,distensi vena leher,odema dependan,tidak berhubungan dangan penyakit jantung, bunnyi jantung redup (berkaitan dengan peningkatan diameter AP dada), warna kulit/membran mukosa normal/abu-abu(sianosis), kaku tubuh,sianosis perifer,pucat dapat menunjukkan anemia.
c.       Makanan/cairan
                 Gejala : mual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk makan menurun karena distress pernafasan, penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).
                 Tanda : turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.
d.      Pernafasan
              Gejala : nafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau debu/asap, faktor keluarga/keturunan.
              Tanda : pernafasan cepat/lambat, penggunaan otot bantu pernafasan, nafas bibir, barrel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku.
e.       Higiene
              Gejala : Penurunan kemampuan beraktivitas,
              Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
f.       Keamanan
              Gejala :riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya infeksi, kemerahan/berkeringat.
g.     Seksualitass
Gejala : Penurunan libido
h.      Interaksi sosial
              Gejala : hubungan ketergantungan , kurang sistem pendukung, penyakit lama/ketidkmampuan membaik.
              Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan suara, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain.
PEMERIKSAAN FISIK
a.       Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.
b.      Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c.       Paru :
·  Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.
·  Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
·  Perkusi : hipersonor
·  Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri


2.9  DIAGNOSA KEPERAWATAN
·  Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi,  bronkhospasme
·  Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai dengan dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napas
·  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosis
·  Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif.

NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1
Domain 11 : keamanan/perlindungan
Kelas 2 : cedera fisik
Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)

Definisi :
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.

Batasan karakteristik :
·         Suara napas tambahan
·         Perubahan frekuensi napas
·         Dispnea

Faktor yang berhubungan :
·          Spasme jalan napas
·          Mukus dalam jumlah berlebihan
·          Jalan napas alergik
·          Asma
Tujuan :
setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam bersihan jalan nafas kembli efektif

Kriteria Hasil :
·         klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif
·         Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing
·         Pernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan otot bantu napas.
·         Frekuensi nadi 60-120 x /menit.




·       Mandiri :
·         Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)
R : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.
·         Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputum
R : karekteristik sputum dapat menunjukkan  berat ringannya obstruksi.
·         Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrol
R : batuk yang terkontrol dan efektif  dapat memudahkan pengeluaran secret yang melekat dijalan napas.
·         Bantu klien latihan napas dalam.
R : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
·         Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
R : Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
7.)  
·         Kolaborasi :
·         Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
R : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area broncus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.
·         Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan ekspektoran
R : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas .
·         Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.
R : kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkus.

2
Domain 3 : eliminasi dan pertukaran
Kelas 4 : fungsi pernapasan
Gangguan pertukaran gas (00030)

Definisi :
Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan / atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar – kapilaer

Batasan karakteristik :
·     Pernapasan abnormal (mis. Kecepatan, irama, kedalaman)
·     Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kehitaman)
·     Takikardia
·     Dispnea

Faktor yang berhubungan :
·     Ventilasi - perfusi
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam Pertukaran gas kembali efektif

Kriteria Hasil :
·         Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.
·         Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas
·         Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
·         Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.
·         PaCO2 lebih dari 50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )
·         Saturasi  oksigen dalam darah lebih dari 90%



























Intervensi:
·         Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasil GDA,intake dan output.
R : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien.
·         Tempatkan klien  pada posisi semi fowler
R : posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
·      Berikan pengobatan  yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-tanda toksisitas.
R : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus seperti kondisi sebelumnya.
·     Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dengan aktivitas.
R : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu.

Kolaborasi:
·         Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)
R : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat  dan tepat mengikuti keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.
·         Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.

R : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan.

3
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 4 : respon kardiovaskular-pulmonal
Intoleransi aktivitas (00092)

Definisi:
 ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau ingin dilakukan.

Batasan karakteristik :
·     Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
·     Dispnea setelah beraktifitas

Faktor yang berhubungan :
·     Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu …x24 jam klien dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan .

Kriteria hasil :
·         Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya
·         Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas
·         Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
·         Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan

Intervensi:
·         Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
R : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .
·      Ajarkan progam relaksasi
R : mempertahankan, memperbaiki  pola nafas teratur .
·         Ajarkan teknik napas efektif.
R : meningkatkan  oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi .
·         Kaji respon abnormal setelah aktivitas.
R :  respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan pernafasan yang meningkat .
g.
kolaborasi :
·         Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas harian sesuai jadwal.
R :  latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot bantu nafas

4.
 Domain 5 : persepsi/kognisi
Kelas 4 : kognisi
Defisiensi Pengetahuan (00126)

Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Batasan karakteristik :
·         Ketidakakuratan mengikuti perintah
·         Perilaku tidak tepat (mis. Histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
·         Pengungkapan masalah

Faktor yang berhubungan :
·         Keterbatasan kognitif
·         Salah interpretasi informasi
·         Tidak familier deng sumber informasi

Tujuan :
kebutuhan informasi klien terpenuhi

Kriteria hasil  :
·         klien mengatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan tindakan
·          klien dapat mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala yang ada dan proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab
·         klien mampu melakukan perubahan perilaku dan pola hidup berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :
·         Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu, dorong pasien / orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.
R :  Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
·         Kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif.
R : Nafas bibir dan nafas abdominal / diafragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil, dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea.
·         Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi, misal : udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap tembakau dll.
R : Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan / meningkatkan iritasi bronchial dapat menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas.



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang trakeobronkial terhadap berbagai rangasangan yang akan menimbulkan obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan(mengi dan sesak). Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi. dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent.
B. Saran
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih mengenali cara penanganannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar